Kamis, 15 Januari 2009

Wacana dan Buku Teks

Wacana dan Buku Teks


A. Wacana

Berdasarkan pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa Indonesia selalu disajikan dalam konteks wacana. Wacana merupakan wadah kegiatan berbahasa, baik berkenaan dengan aspek kebahasaan, pemahaman, penggunaan, maupun apresiasi sastra. Melalui wacana pembelajaran bahasa menjadi lebih bermakna, dan lebih wajar karena bahasa betul-betul diposisikan sebagai sarana berkomunikasi.

1. Pengertian Wacana

Mengenai pengertian wacana, Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) menjelaskan bahwa wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks tertulis. Secara singkat: apa ynag disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterence). Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Kridalaksana (1993: 231) yaitu satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap.

Lubis (1993:21) mengistilahkan wacana (discourse) yaitu sama dengan teks, yakni kesatuan bahasa yang diucapkan atau tertulis panjang atau pendek, itulah yang dinamakan teks atau discourse. Teks adalah satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem, klausa, kalimat) tetapi kesatuan artinya.

Wacana merupakan satuan bahasa terbesar dan mempunyai makna. Makna yang hendak disampaikan dikemas dengan kalimat yang saling berhubungan. Hubungan antarunsur yang membentuk wacana dinyatakan oleh Moeliono dalam Djajasudarma (1994:3), yaitu apa yang disebut rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu; atau wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan. Pernyataan tersebut sejalan pendapat Tarigan (1993:27) yakni wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.

Berdasarkan beberapa pendapat, Syamsuddin (1992:5) menyimpulkan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.


2. Jenis-jenis Wacana

Wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandang kita; antara lain:

1. berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana;

2. berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana; dan

3. berdasarkan cara penuturan wacana (Tarigan, 1993: 51).


1. Berdasarkan Tertulis atau Tidaknya

Berdasarkan tertulis atau tidaknya, wacana dapat diklasifikan atas wacana tulis dan wacana lisan.

a) Wacana Tulis

Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis (Tarigan, 1993:52). Penerima pesan wacana tulis adalah pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, maka keterampilan menulis merupakan pokok penting dalam menyampaikan pesan. (Tarigan, 1993: 52) menyatakan bahwa untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima pesan harus membacanya. Untuk sampai kepada penerimaan, pemahaman, atau penikmatan pesan yang disampaikan dalam wacana tulis, maka kalimat yang digunakan harus efektif. Kefektifan kalimat mencerminkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna.

b) Wacana Lisan

Penyajian wacana lisan berbeda dengan wacana secara tertulis. Tarigan (1993:55) mengatakan bahwa wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerimanya, memahami, atau menikmati wacana ini maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya.

Penyimak atau pendengar dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pembicara apabila pembicara terampil berbicara. Keterampilan berbicara sangat berpengaruh terhadap penyampaian pesan pada wacana lisan. Pesan yang dikemas dalam rangkaian kalimat harus diungkapkan dengan intonasi, lafal, dan durasi yang tepat.

2. Berdasarkan Langsung atau Tidaknya Pengungkapan

Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana dapat dibedakan aats wacana langsung dan wacana tidak langsung.

a) Wacana Langsung

Wacana langsung atau direct discourse adalah kutipan yang sebenarnya dibatasi oleh oleh intonasi atau fungtuasi (Kridalaksana, 1993:231). Wacana langsung berhubungan dengan istilah kalimat langsung, yakni kalimat yang diungkapkan secara langsung dalam bentuk lisan atau tertulis dari pembicara atau penulis.

b) Wacana Tidak Langsung

Wacana tidak langsung atau indirect discourse adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan menggunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa dan sebagainya (Kridalaksana, 231). Kata-kata yang disampaikan oleh pembicara secara tidak langsung mengungkapkan pesan kepada pendengar.

3. Berdasarkan Cara Membeberkan atau Cara Menuturkannya

Berdasarkan cara membeberkan atau menuturkannya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana pembeberan dan wacana penuturan.

a) Wacana Pembeberan

Wacana pembebran atau expository discourse adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis (Kridalaksana, 1993:231). Wacana pembeberan dapat disamakan dengan bentuk tulisan eksposisi, yakni tulisan atau karangan yang membeberkan pokok permasalahan agar pendengar atau pembaca luas pengetahuannya.

b) Wacana Penuturan

Wacana pnuturan atau narratif discourse adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi (Kridalaksana, 1993:231). Wacana penuturan merupakan wacana yang mementingkan urutan peristiwa dalam waktu dan ruang. Wacana ini biasa disebut juga dengan karangan atau tulisan narasi yaitu karangan yang menceritakan suatu peristiwa secara kronologis atau berurutan dalm ruang dan waktu.

4. Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, wacana dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan drama.

a) Wacana Prosa

Dalam media cetak, wacana yang paling banyak ditemukan adalah wacana prosa. Menururt Tarigan (1993:57) wacana prosa adalah sebagai berikut.

Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana ini dapat tertulis atau lisan, dapat berupa wacana langsung atau tidak langsung, dapat pula dengan pembeberan atau penuturan. Novel, novelet, cerita pendek, artikel, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, surat, dan sebagainya merupakan contoh wacana prosa.


Berdasarkan definisi di atas, wacana prosa dapat dibedakan atas wacana fiksi dan nonfiksi. Perbedaan wacana fiksi dan nonfiksi dapat dilihat dari ciri-ciri yang membentuknya. Salah satu ciri yang membedakannya adalah bahasa. Bahasa wacana fiksi cenderung konotatif dan khayalan, sedangkan wacana nonfiksi bersifat denotatif dan ilmiah.

b) Wacana Puisi

Wacana puisi merupakan wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara tertulis maupun lisan (Tarigan, 1993:57). Wacana ini dibentuk dengan menggunakan pilihan kata yang singkat, padat, dan jelas. Selain itu, wacana puisi mementingkan pilihan bunyi, irama, serta unsur keindahan.

c) Wacana Drama

Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan (Tarigan, 1993:59). Karya sastra yang mementingkan dialog ini termasuk wacana karena dibangun oleh kalimat-kalimat yang tersusun dan membentuk satu kesatuan yang lengkap dan mengandung pesan atau makna.

Pada penelitian ini, wacana yang akan dijadikan bahan penelitian adalah wacana yang dijadikan bahan pembelajaran membaca. Jenis wacana yang digunakan umumnya berjenis pembeberan, ditinjau dari cara membeberkan atau menuturknnya, atau wacana prosa ditinjau dari bentuknya berjenis wacana prosa.


B. Buku Teks

1. Pengertian Buku Teks

Rusyana (1984: 211) mengemukakan, bahwa buku teks merupakan alat belajar berupa buku pengajaran murid yang digunakan di sekolah untuk menunjang program pengajaran. Pada pengertian ini tersurat bahwa buku dipergunakan oleh siswa di sekolah. Agak berbeda dengan pendapat tersebut, Buckhingham (1958) menjelaskan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah- sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran, dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. (dalam Tarigan, 1993:11). Pada pengertian ini, buku teks dapat saja dipergunakan oleh guru/dosen atau siswa di sekolah/perguruan tinggi.

Pengertian yang lebih rinci dikemukakan oleh Bacon (1935), ”Buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas-kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi” (dalam Tarigan, 1993:11). Pengertian ini lebih rinci karena meninjau buku teks dari segi fungsi yaitu untuk digunakan dikelas-kelas, dari segi penyusunnya yaitu para pakar, dan dari segi pelengkapnya yaitu sarana pengajaran. Pengertian ini selaras dengan pendapat Loveridge (dalam Hasan, 1972) yaitu ” Buku teks adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai mata pelajaran tertentu dalam bentuk tertulis yang memenuhi keadaan khusus dalam mengajar dan belajar, disusun secara sistematis untuk diasimilasikan.”

Berdasarkan beberapa pendapat, Hall-Quest (1915), Lange (1940), Bacon (1935), dan Buckingham (1958), Tarigan (1993:11-13), menguraikan beberapa hal mengenai buku teks yang penulis rangkum sebagai berikut.

    1. Buku teks selalu merupakan buku pelajaran untuk siswa pada jenjang pendidikan tertentu.

    2. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu.

    3. Buku teks selalu merupakan buku yang standar.

    4. Buku teks biasanya ditulis dan disusun oleh para pakar di bidangnya masing-masing.

    5. Buku teks biasanya ditulis untuk tujuan pembelajaran tertentu.

    6. Buku teks biasanya juga dilengkapi dengan sarana pengajaran seperti pita rekaman, gambar, grafik, dan sebagainya.

    7. Buiu teks ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu.

    8. Buku teks biasanya selalu ditulis untuk menunjang sesutau program pengajaran.


2. Kualitas Buku Teks

Buku teks sangat berperan penting dalam proses pendidikan karena buku teks merupakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan/pembelajaran. Pembelajarn bahasa Indonesia sanagt memerlukan buku teks bahasa Indonesia. Demikian pula mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, kondisi buku teks yang digunakan akan berpengaruh terhadap pelajaran yang ditunjangnya. Makin baik kualitas buku teks suatu mata pelajaran, makin baik pula kualitas pembelajaran mata pelajaran yang ditunjangnya.

Mengenai kualitas buku teks ini, Greene dan Petty (1971) merumuskan kriteria buku teks yang baik. Tarigan (1993) kemudian menambahkannya dengan aspek kurikulum, sehingga menurut Tarigan, untuk menilai kualitas buku teks itu dapat digunakan aspek-aspek berikut.

    1. Sudut pandangan (point of view)

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandangan tertentu yang menjiwai dan melandasi buku teks secara keseluruhan.

    1. Kejelasan konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam buku teks harus jelas dan tandas agar siswa atau pembaca dapat mengerti, memahami, dan menangkapnya dengan jelas pula.

    1. Relevan dengan kurikulum

Buku teks yang digunakan di sekolah harus relevan dengan kurikulum yang berlaku.

    1. Menarik minat

Buku teks harus sesuai dengan minat siswa, agar buku teks tersebut menarik bagi siswa.

    1. Menumbuhkan motivasi

Buku teks harus membuat siswa ingin, mau, dan senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebut.

    1. Menstimulasi aktivitas siswa

Buku teks hendaknya mampu merangsang, menantang, dan menggiatkan aktivitas siswa.

    1. Ilustratif

Buku teks hendaknya disertai ilustrasi yang sesuai dengan materi yang dibicarakan sehingga siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi yang disampaikan.

    1. Komunikatif

Bukiu teks harus dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu, bahasa buku teks haruslah:

      1. sesuai dengan bahasa siswa;

      2. kalimat-kalimatnya efektif;

      3. terhindar dari makna ganda;

      4. sederhana;

      5. sopan;

      6. menarik.

    1. Menunjang pelajaran lain

    2. Menghargai perbedaan individual

Buku teks hendaknya menerima bagaimana daya perbedaan individu dalam hal kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial, dan budaya.

    1. Memantapkan nilai-nilai

Buku teks yang baik hendaknya berusaha memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (1993:22-23).




Sementara itu, Harjasujana (1995:1-2) menjelaskan bahwa sebagai pegangan siswa, buku teks harus memiliki tingkat keterbacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Oleh karena itu, dalam penyusunannya perlu diperhatikan beberapa karakteristik sebagai berikut.
    1. buku teks pada umumnya memberikan isnformasi secara langsung dengan berbagai penjelasan dan butir-butir yang mendukung;

    2. format buku teks tampak pada organisasinya yang sering sekali merupakan cirinya yang paling jelas. Para penulis buku teks kebanyakan menyusun materinya secara berhati-hati dalam susunan yang logis;

    3. buku teks memanfaatkan macam-macam tipografis untuk memberikan isyarat kepada pembaca dalam upaya memahami isinya;

    4. buku teks berupaya untuk menjalin hubungan langsung dengan pembacanya dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menghadapkan pembaca kepada berbagai masalah, dan menyarankan pelaksanaannya;

    5. buku teks sering sekali memberikan pengajaran kosakata secara terpisah, tetapi harus sesuai dengan isi buku; dan

    6. buku teks mencoba menolong pembaca dengan berbagai cara agar dapat membuat inferensi dan sampai pada kesimpulan.


1 komentar:

  1. salam kenal pak Asep...
    Sy Ulfiyatus S (mahasiswi UPI Jur. Pend. Bahasa Indonesia), sekarang ini saya sedang melakukan penelitian skripsi yang mengangkat tema kajian kualitas wacana bahan ajar membaca dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia SMP. informasi pd blog bpk sangat membantu saya, terimakasih pak.
    oya, saya butuh informasi mengenai buku2 sumber terkait kajian buku teks, dapatkah bpk memberi tahu saya? sebelumnya saya ucapkan terimakasih...
    Ulfiyatus S (vie.8534@gmail.com)

    BalasHapus