DESKRIPSI DAN ANALISIS
KASUS KESALAHAN PENALARAN
A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam suatu kelompok. Dalam kelompok itu mereka berkomunikasi satu sama lain. Tindak komunikasi ini dilakukan untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan tujuan-tujuan lain dalam rangka berinterkasi antaranggota kelompok.
Dengan demikian tindak komunikasi bukanlah peristiwa yang kebetulan. Akan tetapi, merupakan kegiatan yang disengaja, dengan tujuan-tujuan tertentu. “Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi; komunikasi adalah suatu yang fungsional, mengandung maksud, dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara” (Tarigan, 1981: 11).
Ada dua jenis komunikasi yang dilakukan dalam suatu kelompok sosial, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang sangat vital. Komunikasi ini menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun tertulis. Komunikasi nonverbal sarananya bukan bahasa, melainkan gerak-gerik tubuh dan anggota tubuh manusia, bunyi bel, bendera, warna, gambar, dan lain-lain.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi verbal, menuntut kecermatan dan kesantunan. Hal ini karena berbagai aspek bahasa yang digunakan sangat menentukan efek dan makna yang dikandungnya. Efek dan makna bahasa antara lain ditentukan oleh strukturnya. Meskipun komponen bahasa yang digunakan sama, akan menimbulkan makna yang berbeda jika struktur atau susunannya berbeda. Selain itu, komponen bahasa tertentu, kata-kata, misalnya, sudah mengandung makna tertentu, bahkan mengandung nilai rasa atau efek tertentu. Oleh karena itu, penggunaan bahasa tidak sembarang, menuntut kehati-hatian dalam menyusunnya agar menimbulkan makna atau efek tertentu sesuai dengan yang diharapkan.
Pada fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa juga sekaligus sebagai alat berpikir. Hal ini bisa dipahami karena apa yang dikomunikasikan yakni berupa buah pikiran, perasaan, dan sikap umumnya tidak lepas dari proses berpikir. Jelaslah bahwa dalam penggunaan bahasa tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan berpikir. Bahkan, ekspresi bahasa yang digunakan mencerminkan isi dan jalan pikiran pengguna bahasa tersebut. Struktur bahasa yang dapat dimengerti, sejalan dengan jalan pikiran pendengar atau pembaca, mencerminkan jalan pikiran yang baik dari pembicara atau penulisnya. Sebaliknya, jika struktur bahasa yang digunakan kacau, mencerminkan jalan pikiran pembicara atau penulis yang kacau juga. Gorys Keraf menegaskan bahwa ”Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami” (Keraf, 1989:49).
Pada bagian selanjutnya, Keraf menjelaskan bahwa:
Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau singkatnya harus sesuai dengan penalaran. Bahasa tidak bisa lepas dari penalaran (Keraf, 1989: 49).
Struktur atau susunan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi bukanlah tujuan, tetapi sekadar suatu alat untuk merangkaikan sebuah pemikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Kenyataan ini semakin menjadi suatu keharusan tatkala seseorang menggunakan bahasa dalam suasana resmi atau dalam suasana ilmiah. Komunikasi ilmiah menuntut penggunaan bahasa yang efektif. Bahasa yang digunakan hendaknya jelas, objektif, dan rasional; tidak ambigu, dan terhindar dari unsur subjektivitas dan emosional.
Pentingnya penataan penalaran yang baik dalam berbahasa, akan sangat nyata jika kita mengamati dan menganalisis kasus-kasus penggunaan bahasa yang mengandung kekacauan penalaran.
Tulisan sederhana ini akan menyajikan berbagai kasus penggunaan bahasa yang mengandung kesalahan penalaran tersebut. Hal ini sangat penting terutama bagi pengguna bahasa di kalangan masyarakat terpelajar.
B. Deskripsi Kasus Kesalahan Penalaran
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan penggunaan kalimat-kalimat yang tidak benar dipandang dari segi penataan penalaran. Kesalahan tersebut umumnya tidak disadari oleh pendengar atau pembaca. Hal ini karena secara umum kalimat-kalimat tersebut dapat dipahami. Akan tetapi, jika diteliti dengan saksama, maka akan diketahui bahwa kalimat-kalimat tersebut tidak bernalar atau tidak logis.
Beberapa kalimat yang mengandung kesalahan penalaran tersebut, sebagai contoh, antara lain sebagai berikut.
- Waktu dan tempat kami persilakan.
- Untuk mempersingkat waktu, marilah kita lanjutkan pada acara keempat.
- Dia lebih terampil merangkai bunga daripada janur.
- Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, maka selesailah penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
- Karena sering tidak masuk sekolah, Kepala SMA itu terpaksa mengeluarkan siswa tersebut dari sekolahnya.
- Karena gadis itu dilahirkan di Bali, pasti ia pandai tari bali.
- Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering terlihat mondar-mandir di sekitar kompleks tersebut.
- Kita harus mengejar keinggalan dalam bidang pendidikan.
C. Analisis Kasus dan Koreksi Kesalahan
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
Hampir dalam setiap upacara yang diselenggarakan oleh berbagai instansi dan organisasi, para pewara (pembawa acara atau protokol) mengucapkan kalimat tersebut. Atau secara lengkap, kalimat tersebut berbunyi Acara berikutnya adalah sambutan Bupati Cianjur, waktu dan tempat kami persilakan.
Pada bagian awal kalimat tersebut, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan adalah Bupati Cianjur, bukan waktu dan bukan juga tempat. Akan tetapi, pada bagian kalimat selanjutnya, pembawa acara malah mempersilakan waktu dan tempat, seolah-olah yang diundang untuk tampil di mimbar pertemuan penting itu adalah waktu dan tempat. Apakah betul waktu dan tempat dapat tampil di mimbar dan memberikan sambutan?
Jelaslah, bahwa pada kalimat tersebut, terdapat informasi yang tidak dapat diterima akal yang sehat. Kalimat tersebut tidak bernalar atau paling tidak mengandung kesalahan penataan penalaran. Jalan pikiran protokol tersebut kacau.
Dalam konteks tersebut, kalimat protokol dapat diterima meskipun tidak bernalar. Pendengar dalam pertemuan itu masih bisa dianggap beruntung karena masih dapat menerima informasi yang dimaksudkan oleh protokol. Seandainya jalan pikiran pewara tergelincir lebih parah, misalnya dengan mengucapkan kursi dan meja kami persilakan, tidak tahulah apa yang akan terjadi di tempat pertemuan penting tersebut.
Kalimat tersebut menjadi bernalar jika disusun sebagai berikut.
Kalimat bernalar
¨ Acara berikutnya adalah adalah sambutan Bupati Cianjur. Bapak Bupati kami persilakan; atau
¨ Acara berikutnya adalah adalah sambutan Bupati Cianjur. Bapak Cecep Muhtar Sholeh kami persilakan; atau Yang Terhormat Bapak Cecep Muhtar Sholeh kami persilakan.
- Untuk mempersingkat waktu, marilah kita lanjutkan pada acara keempat.
Kesalahan pada kalimat tersebut adalah penggunaan frase mempersingkat waktu. Apakah waktu dapat dipersingkat? Waktu tidak dapat dipersingkat atau dibuat jadi singkat. Waktu tidak dapat diringkas karena rentang waktu sehari semalam sudah pasti, yakni 24 jam, satu jam sama dengan 60 menit, satu menit sama dengan 60 detik. Yang dapat kita lakukan bukanlah mempersingkat waktu, melainkan menghemat penggunaan waktu. Misalnya, pertemuan semula direncanakan berlangsung selama 1½ jam. Akan tetapi, karena cuaca mendung pertanda hujan, acara-acara pertemuan pun dipercepat. Akibatnya, tentu saja waktunya dihemat sehingga waktu pertemuan hanya berlangsung 45 menit, misalnya.
Kalimat bernalar
¨ Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan pada acara keempat.
3. Dia lebih terampil merangkai bunga daripada janur.
Kesalahan kalimat tersebut berkaitan erat dengan kesalahan penyusunan kalimat, yakni tentang kesejajaran. Akan tetapi, karena kelasahan ini berpengaruh pada maknanya, maka kesalahan ini pun bisa dikategorikan sebagai kesalahan penataan penalaran.
Tampaknya, kesalahan penalaran seperti ini jarang terjadi, tetapi jika kita renungkan dengan saksama, ternyata kesalahan nalarnya sangat besar. Mari kita bandingkan dengan kalimat lain.
(a) Ia lebih senang makan daging ayam daripada kambing.
Kalimat (a) di atas mengandung makna, ”ia senang makan daging ayam ’dan’ kambing pun senang makan daging ayam” sebab yang dibandingkan adalah subjek kalimat. Kalimat ini jika dilengkapkan akan menjadi Ia lebih senang makan daging ayam daripada kambing makan daging ayam. Hanya, ia lebih senang daripa kambing. Jadi, kalimat 3 pun kalau dilengkapkan akan menjadi Dia lebih terampil merangkai bunga daripada janur merangkai bunga. Kita yakin bahwa maksud penyusun kalimat bukanlah demikian, melainkan ia menyenangi daging ayam dan kurang menyenangi daging kambing; dan dia lebih terampil merangkai bunga, tetapi kurang terampil merangkai janur.
Kalimat kesalahan sejenis antara lain :
(b) Mereka tidak paham dan mengerti keadaan politik dewasa ini.
Kesalahan kalimat (b) juga terletak pada ketidaksejajaran frase tidak paham dan mengerti. Mungkinkah mereka yang tidak paham politik dewasa ini sekaligus mereka mengerti politik dewasa ini?
Kalimat-kalimat tersebut harus dicermatkan seperti berikut.
Kalimat bernalar
¨ Dia lebih terampil merangkai bunga daripada merangkai janur.
¨ Ia lebih senang makan daging ayam daripada makan daging kambing.
¨ Mereka tidak paham dan tidak mengerti keadaan politik dewasa ini.
4. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, maka selesailah penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Benarkah penyusunan makalah akan selesai hanya dnegan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. Makalah harus dikerjakan dengan tekun, teliti, dan sabar. Penyusun makalah harus berani mengatasi segala rintangan dan hambatan yang dihadapinya dalam penyusunan makalah itu. Jika hal-hal itu dapat dilalui, penyusunan makalah insya Allah dapat selesai.
Tentu kita percaya betul bahwa Tuhan selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada hamba-Nya, termasuk kepada penyusun makalah. Dengan nikmat dan karunia Tuhan yang diterimanya, penyusun makalah dapat bekerja dengan tekun dan sabar, dapat mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dihadapinya. Untuk itulah, ia memanjatkan puji syukur kepada tuhan atas keberhasilannya. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menggunakan kalimat berikut agar penalarannya tidak sesat.
Kalimat bernalar
¨ Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan kekuatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
¨ Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah atas kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
- Karena sering tidak masuk sekolah, Kepala SMA itu terpaksa mengeluarkan siswa tersebut dari sekolahnya.
Memang, pesan yang terkandung di dalam kalimat jenis ini sampai kepada pembacanya dan dapat dimengerti. Namun, jika dikaitkan dengan jalan pikiran yang sistematis, ternyata kalimat seperti ini salah nalar. Kesalahan berawal dari ketiadaan subjek pada anak kalimat. Anak kalimat karena sering tidak masuk sekolah, tidak mengandung subjek, sementara subjek induk kalimatnya adalah kepala SMA. Jadi, yang sering tidak masuk sekolah dalam kalimat tersebut adalah kepala SMA. Pernyataan ini jelas salah nalar. Dalam bahasa kita terdapat kaidah, yaitu jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, subjeknya sama dengan subjek induk kalimat. Dalam kalimat Karena ssakit, ia tidak masuk kantor, misalnya, subjek anak kalimat Karena sakit tidak ada, sementara subjek induk kalimat ia tidak masuk kantor adalah ia. Jadi, berdasarkan kaidah itu, yang sakit ialah ia, yaitu subjek induk kalimat. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Kalimat bernalar
¨ Karena sering tidak masuk sekolah, siswa tersebut terpaksa dikeluarkan dari sekolahnya oleh kepela SMA tersebut.
¨ Karena sering tidak masuk sekolah, siswa tersebut terpaksa dikeluarkan oleh Kepala SMA itu dari sekolahnya.
6. Karena gadis itu dilahirkan di Bali, pasti ia pandai tari bali.
Kesalahan penalaran kalimat tersebut disebabkan oleh generalisasi yang terlalu luas. Penyusun kalimat menyamaratakan kepandaian seseorang yang berasal dari daerah tertentu. Jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Kita tahu bahwa Bali memiliki budaya yang tinggi. Berbagai kesenian ditumbuhkembangkan di Pulau Dewata ini, termasuk tari-tarian. Jenis-jenis tarian sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika gadis-gadis Bali pada umumnya pandai menari. Akan tetapi, perlu disadari bahwa tidak semua gadis Bali pandai manari, tetapi lebih banyak belajar menyanyi atau gadis Bali yang dibesarkan di luar Bali yang tidak banyak belajar tari bali.
Berdasarkan uraian di atas, kalimat tersebut jelas salah nalar karena tidak semua gadis Bali pandai menari tari bali. Kalimat itu harus diperbaiki sebagai berikut.
Kalimat bernalar
¨ Karena gadis itu dilahirkan di Bali, mungkin ia pandai tari bali.
Supaya kalimat ini dapat diterima semua pihak, kata pasti diganti dengan mungkin.
- Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering terlihat mondar-mandir di sekitar kompleks tersebut.
Berdasarkan kalimat tersebut, jika kita bertanya, ”Siapa yang mondar-mandir?” Tentu jawabannya mayat wanita. Jelaslah bahwa kalimat tersebut salah nalar.
Kalimat itu berasal dari dua pernyataan, yaitu (1) Mayat wanita ditemukan dikompleks itu; dan (2) Sebelum menjadi mayat, wanita itu sering mondar-mandir di sekitar kompleks tersebut. Penulis menggabungkan kedua kalimat tersebut dengan tidak mengindahkan jalan pikiran yang jernih sehingga lahirlah kalimat yang salah nalar. Bentuk bernalar kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Kalimat bernalar
¨ Sebelum ditemukan menjadi mayat, wanita itu sering mondar-mandir di sekitar kompleks tersebut
- Kita harus mengejar ketinggalan dalam bidang pendidikan.
Mengapa ketinggalan harus dikejar, bukankah justru ketinggalan itu harus diatasi, diupayakan agar menjadi kemajuan. Mungkinkah kita mengejar berbagai ketinggalan; mengejar kemiskinan dan mengejar kebodohan? Di sinilah letak salah nalarnya.
Berikut contoh kalimat yang lebih panjang.
a) Konferensi negara-negara Islam harus mampu merumuskan konsep-konsep untuk mengejar berbagai ketinggalan dari negera-negara non-Islam.
Kalimat tersebut mengandung penataan penalaran atau logis jika disusun seperti berikut.
Kalimat bernalar
¨ Kita harus mengatasi ketinggalan dalam bidang pendidikan.
¨ Konferensi Negara-negara Islam harus mampu merumuskan konsep-konsep untuk mengatasi berbagai ketinggalan dari negera-negara non-Islam.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa
Hastuti P.H., Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya.
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
__________, 1993. Kamus Linguistik; Edisi Ktiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mundiri. 1994. Logika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar